Menurut Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli gizi dari IPB, ada tiga faktor yang mempengaruhi kecerdasan seorang anak yakni genetika, lingkungan, dan gizi.
       Kekurangan gizi bisa menghambat motivasi, daya konsentrasi dalam belajar, serta kurang bereaksi terhadap rangsangan luar. Mengingat bahwa fase cepat pertumbuhan otak terjadi pada sekitar masa kehamilan (jumlah sel otak yang dapat dicapai pada waktu lahir sekitar 65 %), maka kekurangan gizi pada saat pembelahan sel ini akan mengurangi jumlah sel permanen. Usia paling rentan terhadap kekurangan gizi pada masa pertumbuhan otak, yakni minggu ke-30 usia kehamilan sampai 18 bulan sesudah lahir.
       Penelitian sesudah lahir pada hewan menunjukkan bahwa kekurangan energi ptotein (KEP) akan mempengaruhi perkembangan otak. Defisit perkembangan otak akan sulit terkejar karena fase cepat tumbah hanya berlangsung selama 18 bulan. Dampak KEP juga menyebabkan pembentukkan pembungkus lemak saraf otak (myelin) berkurang, IQ berkurang, kemampuan bentuk pengenalan geometrik serta konsentrasi rendah.
       Itulah sebabnya konsumsi makanan bergizi tinggi harus diperhatikan, terutama pada ibu hamil. Antara lain asam lemak Omega 6 dan Omega 3 yang banyak terdapat pada ASI. Zat gizi juga terdapat dalam makanan sehari-hari seperti ikan laut dan produk olahannya, telur, kedelai, dan lain-lain. Bahkan minyak ikan yang sering diberikan oleh para ibu kepada anaknya merupakan salah satu sumber asam lemak esensial yang baik. Bersama kolesterol, asam lemak membentuk 75 % pembungkus urat saraf otak yang mempercepat penghantaran impuls saraf. Ditambah lagi, asam linolenat (lemak tak jenuh) yang terdapat di dalamnya berpengaruh pada kemampuan belajar.
       Setelah bayi lahir, konsumsi ASI dan makanan bergizi seimbang amat penting agar kecerdasan otak optimal. Gizi seimbang dapat dipenuhi dengan makanan yang bervariasi seperti nasi, susu, daging, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan. Bila ASI gagal diberikan sampai 24 bulan, hendaknya dicari susu formula yang benar dan cocok. Namun sangat disayangkan bahwa rata-rata susu formula tidak mengandung asam lemak Omega 3 dan 6, tetapi hanya cikal bakalnya saja (prekursor). Diharapkan tubuh bayi kemudian mampu “mengolah” cikal bakal tersebut menjadi kedua asam lemak Omega tersebut.
       Sayuran berwarna hijau tua banyak mengandung zat besi. Sayur yang dimasak dengan tumis sangat dianjurkan karena mempermudah penyerapan vitamin A, D, E, dan K. Protein hewani dikatakn lebih baik dari protein nabati karena mempunyai susunan asam amino lengkap. Yang dianjurkan sekitar  5 gram protein asal ternak dan 10 gram protein ikan per hari.
       Gula memang perlu untuk energi, tapi hendaknya tidak berlebihan. Sebab untuk mencerna dan memproses gula menjadi energi, diperlukan vitamin B. Bila vitamin B ini terkuras untuk mencerna gula, metabolisme zat gizi lain dalam tubuh akan terganggu. Sebaliknya balita jangan diberi makanan yang mengandung kafein, karena selain meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, kafein akan menimbulkan iritasi lambung dan usus. Dampak psikologisnya banyak merugikan seperti cepat marah, cemas, lelah, pusing, dan sulit tidur. Kafein juga merangsang buang air kecil sehingga vitamin B yang diperlukan tubuh ikut keluar.


Sumber: Intisari